Aku hanyalah sang biduan pencari sesuap nasi
Dari keganasan kota metropolis
Aku hanyalah pemuas budak nafsu
Yang dibelai demi setitik lendir kehidupan yang tak sampai
Aku hanyalah manusia lemah, harum dan senantiasa hangat
Tiap malam-malam harus terbayar
Setimpal dengan nilai setiap galon perfume
Setara dengan nilai sepatu-sepatu import
Sepadan dengan nilai bedak padat mewah
Aku Si Binal itu, harum dan sentiasa hangat
Biar Si keparat-keparat pemburu lendir jatuh tersungkur
Patah hidung segala…Terpuruk diselangkanganku
Karena lendir dimalam itu adalah rezekiku.
Ada setitik kebahagiaan di hati
Di pertengahan kesedihan jiwa
Tak terbersit oleh ku…………
Raga yang rapuh ini sempat mengenyam nikmat, walau sesaat
Air mata ini terlalu mahal ‘tuk sebuah cinta……..
Usia senja perenungan diri menuju dewasa
Hari ini tak kan kembali
Elegi rindu teratasi, muski lama ku nanti
Dar pada kemarin, saat ini indah sekali
Aku ada yang memiliki, kau pun demikian adanya
Aku memang tak tahu diri…..
Indahnya bulan malam ini
Menerangi hati yang gundah gulana
Bagai pungguk merindukan bulan
Cita cinta tak kesampaian
Ku pendam rasa ini dalam-dalam
Ku terbiasa kehilangan, sekali pun korban perasaan
Akhiri saja kencan demikian
Tak usah disesali atau menangis Bombay
Lupakan, lupakan, lupakan !!!!
Lumayan………
Perih……….
Dia duduk, di sofa menggoda
Desahan paha panjangmu
Mengharuskan……….harus pergi
Aku cinta kepadamu,….
Sayangnya kebohongan
Mengapa ?
Malam itu, di tepian pantai
Ku dapat sepasang anak manusia bercinta
Berkisah tentang mereka….
Tentang indahnya dunia…..
Tentang berdua saling setia
Tanpa terasa, rebah kepala di pangkuannya
Memandang langit bertabur bintang bermandikan cahaya bulan purnama
Menjadi saksi berseminya cinta mereka berdua
Di malam yang mulai temaram…….
Terdengar lirih bisikan dari bibir tipis mu yang nampak kian membiru di hembus semilir angin….
Tapi mengapa tak kau Tanya kisah itu
Namun hatinya seakan tetuju ke sana
Terbayang padanya yang telah tiada
Lupakan saja, tak perlu di kenang, kian melahirkan cinta duka
Tersenyumlah walau engkau luka……..
Air mata itu ibarat embun…..
Menetes dan kering di terpa cahaya mentari
Luluh lantak hatiku…………
Menjelang waktu berlalu saat ini
Suka, duka, menghujam tajam di benak, hingga sesak…..
Tak kuasa ku berdiri tegak diantara kedua kaki kecilku
Ku tak bisa berkata-kata
Tersedak gumpalan air mata keharuan
Perbedaan, kemarahan, kelucuan mu berbaur menyentuh qolbu
Hingga…….
Lenyap di alam tidurku…..
Aku hanyalah sang biduan pencari sesuap nasi
Dari keganasan kota metropolis
Aku hanyalah pemuas budak nafsu
Yang dibelai demi setitik lendir kehidupan yang tak sampai
Aku hanyalah manusia lemah, harum dan senantiasa hangat
Tiap malam-malam harus terbayar
Setimpal dengan nilai setiap galon perfume
Setara dengan nilai sepatu-sepatu import
Sepadan dengan nilai bedak padat mewah
Aku Si Binal itu, harum dan sentiasa hangat
Biar Si keparat-keparat pemburu lendir jatuh tersungkur
Patah hidung segala…Terpuruk diselangkanganku
Karena lendir dimalam itu adalah rezekiku.
Aku bukan boss
Sebutan itu disematkan mereka, padahal nama ku bukan boss
Aku acapkali heran, mereka bangga di panggil boss
Aku ibarat anjing herder bagi boss
Juga bak pembunuh bayaran tuk orang tercinta…….
Aku bukan teman pemberi rasa nyaman dan aman
Bukan pula musuh dalam selimut
Bukan teman yang dapat di percayai, berubah seperti lawan saat bersamaan……
Diantara canda, senda gurau
Di balik cerita mereka, otak kotor mengitari benak mencari celah apa yang bisa ku terkam, lalu ku mangsa…..
Aku manusia hiprokit, di balik seragam mulia tebar pesona
Sudahlah…….
Aku bukan tikus super rakus doyan makan kawan atau kawan yang lawan
Berat ku tinggalkan pembaringan, lebih baik di sini……
Dari pada tertimpa angin duduk menemani boss-boss itu
Aku bisa setia, bahkan tuk korbankan pembaringan
Sampah, sampah dan sampah
Benda sisa roda hidup kita
Teronggok busuk diantara nisan tua
Lalat bercampur belatung pesta pora
Menikmati rezeki dari sang anak manusia
Dari alam lain nampak murung seseorang…
Apa salahku di muka bumi ini
Hingga jazad ku di sandingkan dengan sampah
Gumam arwah sang empunya kuburan tua
Rupanya manusia lupa
Mereka juga akan disandingkan dengan tanah
Tak peduli pangkat, jabatan orang terhormat atau fakir sekalipun
Semua akan menjadi santapan belatung
Semuanya akan menjadi kenangan
Hanya dirimu sang aktor
Maukah kamu menjadi kenangan terindah atau kenangan kelam buat anak cucu kita
Nampak lama tak ku nampak, kastil itu tak bernyawa
Kastil itu saksi sejarah suatu ketulian birokrat sampah
Segumulan keparat berpijat di lantai kumuh, pengap nan gelap
Tak ada nyanyian jiwa membela debu-debu jalanan
Hanya onggokan sampah nampak di sudut sebuah kota
Tak terfikir oleh mereka aparat-aparat aliran feodalisme bin vandilisme…….
Sembunyi di balik safari bermerek impor tak bernyali
Berfarfum sampah harum menyengat tak pernah di ingat
Cadilac licin mengkilap numpang lewat tak niat menjilat ke rakyat……………
Kicauan burung pipit menjerit melihat keturunannya di babat tanpa sebab
Oh………
Tuan besar sisihkan hatimu bagi bumi ini
Jangan kau nodai dengan bumbu bujuk rayu tiada arti
Kuman di seberang laut nampak jelas, gajah di pelupuk mata tak kau lihat………
Kutemui sesuatu kecakapan makna
Arti-arti kemalangan nasibku yang selalu terkuras, terkoyak
Di setiap jejakku kan tiada habisnya
Ya Tuhan….
Mana jalan hidupku
Mengapa hanya kepalsuan kau lontarkan pada diriku
Apakah itu akan melengkapi kehancuran atau penyiksaan terhadap diriku
Oh…. Tuhan……
Kebahagiaanku kini telah lenyap
Tinggal lah kini kehancuran meraja lela yang selalu merongrong kehidupanku
Oh…. Tuhan……
Aku masih tabah menghadapi cobaan Mu yang berat ini
Tempatkan diriku pada tempat yang benar dan mulia dengan ridho Mu…
Malam ini….
Langitpun petang dan bulanpun terang
Bintang pun saling bermunculan
Gumpal awan yang makin menebal
Tangis burung malam begitu lagu-lagunya
Gumpalandarah menggumpal dan membeku
Jejak kakipun rapuh
Itu semua karena kau, kau penghalang cita-citaku
Dan kau rintangi karyaku, kau juga penghalang cintaku
Tapi kau adalah dambaanku
Kaupun tumpuan harapanku
Engkaulah pujaan hatiku
Apa mungkin engkau kekasihku
Engkaupun akhirnya membisu
Kasih…..
Biarlah ku kenang keutuhanmu
Relakan ku lamun semua rindu
Kaulah satu-satunya kekasihku dan dambaan diriku
Andai kau tahu betapa tulusnya cintaku
Cintaku suci dan murni untukmu
Tahukah engkau kekasihku….
Cintaku tak dapat di pecah tuk yang lain
Kekasihku tetap satu dirimu
Sayangku bukan hanya sekedar menghibur diri yang sunyi
Oh kasih….
Bila ku ingat bibirmu mengecup cinta
Tuk hidup bersamamu selalu, hati dan diri ini menangis
Bila kamu selalu dusta
Dan akhirnya aku mengepak sayap penyesalan atas dirimu
Telah mencampakkan ku….
0 komentar:
Posting Komentar
silahkan tulis coment buat ericky!!!!!!!!