ROMANTIS...

Ku rancang hari hadapan,
Di temani lapar,
Menanam benih sadar,
Berkawan haus,
Menyiram ladang tandus,

Ruang dibalik rusuk,
Berharap putih penuh itu,
Usai bersalin baju,
Bergelung rambut,

Mengatur laku,
Dalam simpuh menyantun,
Ku rancang satu Tanya yang sama,
Sudah indahkah,
Puisi cintaku untukmu??

Aku mandi disedihmu,
Bunga sepatu,
Merasakan putikmu,
Yang tertunduk malu,

Seperti bulir embun,
Bunga sepatu,
Cintaku menetes,
Dari pucuk daun itu,

Bersujud aku dipotmu ,
Bunga sepatu,
Berharap cintaku,
Meresap diakar-akarmu,

Seperti burung menari,
Sayap-sayapmu rindang,
Pucuk-pucuk senyumanmu,
Membelai sampai hati,

Lautan,
Oh.. hamparan jiwamu,
Yang lapang dimana aku,
Membasuh luka,
Purnama bernyanyi dengan berirama,
Sabda alam juga berkata,

Oh..pujaanku,
Ini Cinta,
Ini rindu,
Menarilah kau dalam pelukku,
Biar matahari terbakar ,
Di atas parigi,

Sempat terbayang oleh pikiranku,
Alunan musik jawa,
Yang mengalun,
Yang kita saat dipertemukan,
Untuk menuju pelaminan,
Taburan beras kuning,
Dari bakul tempat nasi,
Dan ramainya bocah-bocah,
Yang berebut kepingan uang,

Seakan menjadi paronama baru,
Dalam keceriaan pernikahan kita,
Pajangan janur kuning,
Yang terhiasi diteras rumah kita,
Seakan menyampaikan,
Sebuah pesan,
Kepada hidup kita berdua,

Mulailah dengan lembaran baru,
Aroma melati yang terkalung dilehermu,
Telah menyegarkan hatimu,
Yang dulu pernah kecewa,
Kau adalah takdir cintaku,
Karena itulah aku hadir,
Dalam puisiku untuk dirimu,

Masih dengan rindu yang sama,

Aku sepakati segala gudah hati,

Kecintaan yang tak pernah reda,

Gelegar,

Kisikisi hati,

Entahlah,

Mengapa aku masih bertahan,

Dengan rasa samar tak mewujud,

Karenamu semua ditikam sunyi,

Harapan masa depan,

Ah.. betapa,

Bulan-bulan mencermati pesonamu,

Senyum diujung hari yang tak ku dapati,

Kau,

Masihkah rasakan gelombang berguncang,

Perjalanan diujung hari,

Pernahkan kau rasakan sedikit,

Lantun doaku,

Sedikit kenang di benakmu,

Masih dengan rindu yang tiba-tiba,

Semua aku ikat,

Dalam buket-buket harap,

Tuhan pun mendengar,

Ketika rindu ini memaksa diri,

Bersatu dengan alam pikirmu,

Pernahkah kau merasa apa,

Sungguh
Aku masih bertahan dengan rindu ini


Jikakalau aku,

Boleh bertanya pada Tuhan,

Kan kutanyakan padanya,

Apa yang Dia rencanakan untukku,

Jikakalau aku,

Boleh meminta pada Tuhan,

Maka aku akan meminta padaNya,

Jadikanlah dirimu jodohku selamanya,

Jika aku mengharap pada Tuhan,

Maka aku akan berharap padanya,

Untuk berkenan membuka pintu hatimu,

Untukku,

Agar kau bisa mencintaiku,

Setulus hatimu,
Seperti hatiku yang tulus mencintaimu


Ku bernazar dalam hati,

Ketika aku sedang bersedih hati,

Bersumpah janji untuk diri sendiri,

Terikat janji pada Illahi,

Ku bernazar dalam hati,

Kan ku nikahi ,

orang yang mendekatiku pertama kali

Karena orang itu,

Telah mempunyai pendamping hati,

Oh..nazar,

Haruskan aku,

Menepati janjiku padamu,

Meski dia,

Menginginkan aku menjadi pendamping

Hidupnya pula,

Namun ,

Ku tak bisa membagi cinta

Oh..nazar,

Berilah aku jalan,

Jalan untuk menyusuri,

Relung kehidupan,

Yang telah tertutup kabut,

Oleh ulahku sendiri,

Karena tak sabar
Menunggu pujaan hati

(by chris suharyanto)

Bersetubuhlah bersama udara,

Menerbang sesayap helai,

Nafasmu mendispersikan,

Ribuan warna pelangi surga,

Bernyanyilah bersama ribuan,

Molekul bergumul,

Tak henti-henti mencari sejati,

Hingga,

Di titik inilah,

Kan kuserap produk ekstraksi,

Dari ribuan anomali ribuan basa basi,

Hingga,

Teguklah sebiji inti sarinya,

bermesra cinta,

Berdzikirlah setiap sudut sendi raga hati jiwa ruh,

Mendawamkan senandung,

Kemahasempurnaan penciptaan,

Keseimbangan-keseimbangan rahasia,

Yang kan ku nikmati,

Dalam tiap seduh teh keinginantahuanmu,

Hingga,

Bacalah ribuan kemahabesaran,

Tak terkata,

Tak terpeta,

Hingga tak henti

Bibirku,

Mengeja kata syukur,

0 komentar:

Posting Komentar

silahkan tulis coment buat ericky!!!!!!!!

 
Powered By Blogger | Portal Design By Vikas bhardwaj's Blog